Denpasar, Ditjen Aptika – Direktur Ekonomi Digital Kementerian Komunikasi dan Informatika, Dr. Ir. Bonifasius Wahyu Pudjiantoro mengingatkan bahwa dalam pelaksanaan smart city, daerah-daerah jangan hanya memfokuskan pada pembangunan yang sifatnya fisik, tetapi harus bisa bermuara pada impact-nya, yakni ekonominya.
Hal tersebut disampaikan Bonifasius Wahyu Pudjiantoro dalam Seminar Tech Innovation and Start-up Support, sebagai salah satu dari rangkaian seminar dalam Forum Evaluasi Smart City di Denpasar Bali, Kamis (27/06/2024) yang diselenggarakan oleh Direktorat Layanan Aplikasi Informatika Pemerintahan Kementerian Kominfo.
“Paling mudah misalkan, apakah semua itu bisa memberikan kontribusi ekonomi kepada daerah,” paparnya. Ditambahkan beliau bahwa parameter north star metric atau indikator yang digunakan untuk menilai suatu usaha atau produk berjalan dengan baik, bisa digunakan. “Misalnya, kontribusi terhadap ekonominya, kedua, job creation, efisiensi atau produktivitas dan keempat, benar atau tidak, semua yang dilakukan mensejahterakan. Kalau itu bisa dijawab, berarti ini benar,” ucapnya.
Digarisbawahi oleh beliau bahwa smart city adalah konsep untuk mensejahterakan masyarakat. Dengan demikian, menjadi kota/kabupaten smart city, harusnya bukan untuk status, tetapi menjadi goal. Mengejar indikator penilaian perlu untuk mendapatkan nilai, tetapi jangan sampai terjadi hanya sekedar mengejar angka, karena masih ada nilai luhur yang harus dikejar. Bahkan, muncul kompetisi antar daerah untuk mengejar nilai tersebut, hingga meninggalkan bagaimana ekosistem di dalam kabupaten/kota itu juga harus tumbuh-berkembang.
“Indikatornya juga sebenarnya sederhana. Seberapa mudah investasi, berkembangnya industri, baik itu UMKM, maupun industri besar, start up anak-anak muda. Kalau itu tidak berkembang, berarti smart city belum tercapai,” ujarnya.
Sebagai contoh, lanjutnya, Bali bisa dijadikan gambaran, dengan munculnya digital nomad, startup founders dari berbagai negara. Pemerintah harusnya cermat dan cepat merespon perubahan yang ada, itu penting dan melihat hal ini sebagai sebuah opportunity,” katanya.
Sementara itu dalam seminar yang sama, pengamat cyber crime sekaligus praktisi teknologi, Jonny Hermanto yang juga bertindak sebagai moderator, berpendapat bahwa agenda evaluasi smart city merupakan acara yang menarik, banyak sesi-sesi yang sebenarnya mampu memberikan masukan kepada peserta.
“Next time dapat kita perkaya dengan sesi yang sifatnya hands-on, lebih ke practical, sesuatu yang membekali peserta dengan langsung hard skill.” paparnya.
Ditambahkan, meski tidak semua materi langsung tertuju pada smart city, namun hal-hal yang disampaikan dalam forum, menjadi dasar menerapkan prinsip-prinsip smart city yang berbasis pada penerapan teknologi digital, misanya cybersecurity, dan sistem antisipasinya.