Jakarta, Ditjen Aptika – Direktorat Jenderal Aplikasi Informatika Kemkominfo menandatangani Perjanjian Kerja Sama (PKS) dengan Kolaborasi Riset dan Inovasi Industri Kecerdasan Artifisial (KORIKA) untuk mengembangkan Natural Language Processing (NLP) sebagai upaya meningkatkan penanganan hoaks. Kecerdasan buatan ini akan digunakan untuk melakukan analisa hoaks dan sentimen publik.
“Inti dari PKS yang ditandatangani Ditjen Aptika dan KORIKA ini kita akan membuat algoritma yang dibuat melalui teknik natural language processing dan machine learning. Kedua hal tersebut diharapkan dapat menjalankan fungsi pengawasan atas hoaks dan sentimen termasuk yang ada di media sosial,” ujar Direktur Jenderal Aptika, Semuel Abrijani Pangerapan saat konferensi pers Kerja Sama Pengembangan Natural Language Processing Artificial Intelligence antara Ditjen Aptika dan KORIKA BRIN di Kantor Kemkominfo, Jakarta, Kamis (13/04/2023).
Dirjen Semuel mengatakan, Ditjen Aptika memiliki data-data hasil analisa percakapan yang bisa digunakan untuk mengembangkan NLP. Menurutnya, data tersebut bisa dimanfaatkan oleh KORIKA menjadi sebuah big data untuk memperkaya machine learning dari teknologi tersebut.
“Data-data ini bisa jadi basic untuk nantinya kita bisa mengembangkan banyak hal,” tambah Dirjen Semuel.
Ia berharap, adanya diskusi dan kolaborasi antara para ahli dan pemangku kepentingan ini dapat mendorong kemajuan yang signifikan dalam mengembangkan NLP, mulai dari teknologi barunya, aplikasi praktis hingga menjadi solusi dari tantangan yang saat ini masih dihadapi.
“Sehingga harapannya nantinya NLP ini bisa jadi platform yang bisa digunakan semua orang,” pungkasnya.
Sementara itu, Ketua Umum KORIKA, Hammam Riza mengatakan NLP sendiri bukan hal baru dan sudah ada sejak awal perkembangan kecerdasan buatan. Namun metode dan teknisnya berubah seiring dengan perkembangan teknologi.
“Sekarang ini sudah sampai pada generative artificial intelligence. Perkembangan ini yang harus kita kejar karena untuk teknis-teknis lama pada NLP mungkin sebagian besar masyarakat sudah memahami caranya,” ujar Hammam.
Ia menyebut, pengembangan NLP akan melibatkan anak bangsa. Hammam mengaku dirinya tidak ingin semua produk kecerdasan buatan dibangun dengan mengimpor dari luar negeri.
“Saya optimis teknologi ini akan berkembang, sebenarnya banyak perusahaan produsen NLP asli Indonesia. Mudah-mudahan kita bisa punya brand name Indonesia di bidang NLP ini,” sebutnya.
Dalam pengembangannya, ia menambahkan, KORIKA akan memanfaatkan data yang dikolaborasikan dari Kemkominfo menjadi modal dasar sebuah big data analytic yang diperlukan untuk membangun aplikasi ke depannya.
“Data-data ini bisa dimanfaatkan untuk membangun aplikasi yang terkait dengan analisis sentimen. Bisa juga dipakai mengembangkan teknologi text-to-speech, speech recognition maupun speech synthesis,” tambah Hammam.
Lihat Juga: Tingkatkan Perkembangan Kecerdasan Artifisial, Pemerintah Siapkan Stranas
Hammam menjelaskan, kerja sama ini akan menjadi kolaborasi yang berkelanjutan. “Untuk tahun ini ada beberapa target yang akan kita capai dengan melakukan data collecting, lalu data scrapping dan kemudian melihat kebutuhan daripada aplikasi yang akan dibangun,” jelasnya.
Kerja sama tersebut merupakan salah satu tindak lanjut penerapan Strategi Nasional Kecerdasan Artifisial Indonesia (Stranas KA) yang diluncurkan pada Hari Kebangkitan Teknologi Nasional pada tanggal 10 Agustus 2020.
Kerja sama ditandai dengan penandatanganan Perjanjian Kerja Sama (PKS) oleh Dirjen Aptika dan Ketua Umum KORIKA, yang sekaligus menjadi salah satu wujud nyata kolaborasi percepatan penerapan strategi nasional kecerdasan artifisial menuju Visi Indonesia 2045.
Dalam acara tersebut turut hadir Kepala Badan Penelitian dan Pengembangan SDM Kominfo Hary Budiarto, Plt. Direktur Pengendalian Aplikasi Informatika Aris Kusdaryono, Direktur Pengembangan Inovasi Korika Suryadi Putra, dan Direktur Membership Korika Rio Kiantara. (frs)