Sambut 10 Juta Turis, Petambak Digital 4.0 Ikut Wujudkan Jembrana Emas 2026

Bupati Jembrana, I Nengah Tamba (ketiga dari kiri) memamerkan hasil panen udang vaname, didampingi Ketua Tim Transformasi Digital Sektor Pertanian, Maritim, dan Logistik Ditjen Aptika, Wijayanto (kedua dari kiri) saat acara Panen Petambak Digital 4.0 di Kabupaten Jembrana, Provinsi Bali (10/11/2022).

Jembrana, Ditjen Aptika – Digitalisasi petambak menjadi upaya nyata meningkatkan panen udang seiring pembangunan masif infrastruktur dan pariwisata di Provinsi Bali. Hal itu sejalan dengan misi Pemerintah Kabupaten Jembrana mewujudkan Jembrana Emas pada 2026 mendatang.

“Mulai 2022 ini tol dibangun, berikut obyek pariwisata setingkat Disneyland yang mendatangkan hingga 10 juta turis. Selesai sekitar 2024, sehingga 2026 sudah bisa beroperasi penuh. Kebutuhan mereka akan sayur, buah, termasuk udang dapat kita penuhi dengan digitalisasi,” kata Bupati Jembrana, I Nengah Tamba saat membuka Panen Petambak Digital 4.0 di Kabupaten Jembrana, Kamis (10/11/2022).

Bupati Nengah menyambut baik upaya Kementerian Kominfo mendampingi petambak udang untuk mengadopsi teknologi 4.0 di bidang perikanan. Pendampingan dilakukan dengan menggandeng Kementerian Kelautan dan Perikanan (KKP), startup Jala Tech, dan Dinas Perhubungan, Kelautan, dan Perikanan (PKP) Kab. Jembrana.

Menurut catatan bupati, ada sekitar 80 petambak tradisional di pesisir Jembrana. Dia pun memahami resiko budidaya udang vaname ini sangat tinggi, meskipun untungnya juga besar. Hadirnya teknologi digital membantu petambak menghindari gagal panen.

“Dengan teknologi kita bisa mengukur suhu air, oksigen terlarut (DO), derajat keasaman (pH), dan kadar garam (salinitas), sehingga menekan resiko kematian. Saya sangat mendukung program budidaya udang ini harus berhasil, jangan sampai rugi,” tegasnya.

Sektor perikanan di Jembrana dinilai bupati memiliki potensi besar, sehingga APBD pun banyak diarahkan ke sana. Namun dia mengharapkan keseriusan para petambak untuk membangun Jembrana, demi generasi masa depan dan anak cucu.

“Kalian serius, kami dua kali lebih serius. Tidak ada lagi hadir acara, seremonial, dan selesai. APBD harus memberi manfaat nyata. Saya buktikan pada 2026 nanti Jembrana nomor 2 atau 3 di Provinsi Bali. Salam bahagia!” seru Bupati Jembrana menutup pidato.

Lihat juga: Desa di Lombok Timur Adopsi Teknologi Pertanian Digital

Ketua Tim Transformasi Digital Sektor Pertanian, Maritim, dan Logistik (PML) Ditjen Aptika, Wijayanto menyampaikan setelah ikut terlibat dalam penyiapan infrastruktur digital di Jembrana, langkah berikutnya adalah memanfaatkan teknologi dan jaringan yang ada untuk budidaya tambak. Sesuai arahan Dirjen Aptika, sektor maritim menjadi bagian dari program transformasi digital untuk enam sektor strategis.

“Kominfo tidak bisa bekerja sendiri, kami dibantu oleh KKP, Dinas PKP Kab. Jembrana, dan Jala Tech untuk pemanfaatan teknologi digital. Intinya kami ingin program Nelayan Go Digital ini bisa bermanfaat bagi petambak di Jembrana ini,” kata Wijayanto.

Dari kanan: CEO Jala Tech, Kadis PKP Kab. Jembrana, Kepala BPIU2K Wendy Tri Prabowo, dan Ketua Tim Transformasi Digital PML Wijayanto (10/11/22).

Menjawab pertanyaan soal penyediaan alat dan teknologi, Wijayanto mempersilakan para petambak untuk mengajukan proposal kepada bupati melalui Kadis PKP. Apalagi telah disampaikan potensi besar perikanan menyambut Jembrana Emas di 2026.

“Terkait kebutuhan alat dan aplikasi, tadi Pak Bupati sudah men-challenge petambak untuk mengajukan proposal. Syaratnya tentu saja serius dan benar-benar membawa manfaat. Kami dari Kominfo akan membantu memberikan teknologi yang tepat dan memberikan pendampingan,” tuturnya.

Turut hadir dalam acara Panen Petambak Digital 4.0 itu Kadis PKP Kab. Jembrana, I Ketut Wardana Naya; Kepala Balai Produksi Induk Udang Unggul dan Kekerangan (BPIU2K) Karangasem Bali, Wendy Tri Prabowo; jajaran Pemkab Jembrana, serta puluhan petambak udang di Kabupaten Jembrana.

Komitmen JALA Tech dalam Budidaya Udang

Sementara itu CEO Jala Tech, Liris Maduningtyas menyampaikan sebagai startup di industri perikanan, pihaknya telah menyiapkan perangkat internet of things (IoT) dan aplikasi guna meningkatkan produksi dan efisiensi budidaya udang. Perangkat tersebut telah digunakan dalam enam bulan pendampingan Kemkominfo di Jembrana sejak Juni 2022 lalu.

Selain berkolaborasi dengan Kemkominfo dan KKP, Liris juga menyampaikan upaya menjaga keberlangsungan program petambak digital dengan memanfaatkan data-data yang terkumpul. Dari situ diharapkan berbagai insentif untuk pendanaan program dapat terus terjaga.

“Dengan petambak menjadi digital dan tersedia datanya, kita bisa memaparkan keberlanjutan program ini ke pihak-pihak terkait. Selain Kominfo, KKP, dan dinas setempat, kami sedang ajukan program-program di Jembrana kepada perbankan, asuransi, dan OJK. Sudah mendekati final, tinggal asesmen sekali lagi,” ungkapnya.

Foto bersama Bupati Jembrana dan para petambak udang vaname di Kabupaten Jembrana, Provinsi Bali (10/11/2022).

Sebagai CEO Jala Tech, ia pun berkomitmen untuk tetap melanjutkan program digitalisasi di Jembrana, termasuk membuka berbagai peluang di industri udang dengan menggandeng lebih banyak pihak. Namun dia mengharapkan usaha lebih besar datang dari para petambak sendiri agar bisa naik kelas.

“Kuncinya harus ada kemandirian dari bapak ibu semua. Siap untuk meningkatkan waktu dan upaya lebih keras di tambak. Dari petambak tradisional jadi tradisional plus, hingga intensif. Dari tidak ada kincir dan blower, nanti akan ada,” terangnya.

Lihat juga: Pertanian Presisi Berbasis IoT Tingkatkan 30% Hasil Petani Sukabumi

Liris dalam kesempatan terpisah memaparkan, Jala Tech menempatkan 5 pendamping bagi 64 petambak di Kabupaten Jembrana. Mereka membawa perangkat sensor portabel JALA Baruno yang berfungsi untuk mengukur suhu, salinitas, pH, dan DO.

“Pengukuran dilakukan setiap hari, pada waktu pagi dan sore. Hasil pengukuran selain tersimpan di alat juga dikirim ke sistem cloud. Selanjutnya petambak memonitor lewat aplikasi JALA App di smartphone, dan melakukan tindakan-tindakan yang diperlukan,” jelasnya.

Menyingung kesiapan petambak membeli perangkat dan aplikasi sendiri, Liris pun menjelaskan sejauh ini keduanya masih disediakan secara gratis. Seperti tercantum di situs https://jala.tech/, perangkat sensor JALA Baruno dibandrol seharga Rp30 juta. Namun Liris menyakini itu hanya masalah waktu.

“Hal yang terpenting adalah pendampingan bagi para petambak, bagaimana menekan resiko dan meningkatkan hasil panen. Soal pendanaan, seperti telah disampaikan kami upayakan mendapat funding dari pihak-pihak terkait termasuk investor. Bila ekosistem petambak terbentuk, manfaat dari go digital dirasakan, pendanaan akan teratasi dengan sendirinya,” tukasnya. (mhk)

Bupati-Jembrana-berbincang-dengan-petambak-udang
Aperture: 4
Camera: NIKON D750
Iso: 900
Orientation: 1
« of 11 »
Print Friendly, PDF & Email