Bengkulu, Ditjen Aptika – Kementerian Kominfo bersama Pandu Digital menggelar road show seminar literasi digital untuk jenjang pendidikan Sekolah Menengah Kejuruan (SMK) di Provinsi Bengkulu pada 5 – 6 Oktober 2022. Tema seminar yaitu “Cerdas Kreatif dan Produktif Bermedia Digital” dengan total target diikuti oleh 2.500 peserta.
Agenda seminar hari pertama diselenggarakan di Center of Excellence (CoE) SMKN 4 Kota Bengkulu dan SMKN 3 Seluma pada 5 Oktober 2022. Perhelatan hari kedua digelar pada 6 Oktober 2022 secara serentak di SMKN 2 Bengkulu Tengah, SMKN 1 Bengkulu Utara, dan SMKN 2 Bengkulu Utara.
Ketua Tim Literasi Digital Pendidikan Ditjen Aptika Kemkominfo, Bambang Tri Santoso menyampaikan empat pilar yang menjadi materi pembelajaran utama akan diberikan sebagai pembelajaran untuk semua stakeholders.
“Pertama adalah digital culture yang berkaitan dengan pemahaman nilai-nilai pancasila dan wawasan kebangsaan,” kata Bambang yang akrab disapa Betri, pada Rabu (5/10/2022).
Lebih lanjut, disampaikan pilar kedua yaitu digital skill atau kecakapan digital yang perlu dikembangkan, karena pembelajaran berbasis teknologi sudah menjadi aktivitas sehari-hari.
“Kecakapan digital ini menjadi penting karena pembelajaran sudah bersinggungan dengan teknologi sehingga perlu dikembangkan dan digali kemampuan teknologi informasi dan komunikasi (TIK),” ungkap Betri.
Selanjutnya, penting untuk menjaga keamanan dalam melakukan kegiatan bermedia daring di semua platform digital. “Ketiga adalah digital safety yakni keamanan dalam bermedia digital, seperti pentingnya untuk tidak mengumbar data pribadi di dunia maya, untuk menghindari penyalahgunaan oleh orang-orang yang tidak bertanggung jawab,” katanya.
Dalam sambutannya, Betri juga memaparkan terkait pilar digital ethic yang harus dipahami dalam menerapkan etika berkomunikasi di media sosial yang merujuk pada aturan Undang-Undang Informasi dan Transaksi Elektronik (UU ITE).
Empat pilar tersebut harus dipahami dan diterapkan untuk mendukung pembelajaran dalam bermedia digital dengan menciptakan ruang internet yang kondusif. “Keempat hal ini perlu dicermati oleh adik-adik sekalian,” tegas Betri.
Lihat juga: Pentingnya Netiket sebagai Panduan Interaksi di Ruang Digital
Dalam kesempatan itu, Betri juga mengenalkan program Pandu Digital yang diinisiasi oleh Kementerian Kominfo. Gerakan volunteer pendamping literasi digital tersebut sudah mencapai 18.000 Pandu Digital yang tersebar di seluruh Indonesia. Pesertanya terdiri dari beragam latar belakang, seperti masyarakat umum, akademisi, hingga pelajar SMK.
“Tugas Pandu Digital adalah untuk mendampingi literasi digital di lima sektor yaitu pendidikan, pariwisata, UMKM, petani, dan nelayan. Ada tiga tingkatan dalam Pandu Digital, yaitu Pandu Digital Purwa (badge merah), Pandu Digital Madya (badge biru), dan Pandu Digital Utama (badge hitam),” terang Betri.
Berdasarkan Survei Indeks Literasi Digital Nasional yang dilakukan oleh Kementerian Kominfo dan Katadata Insight Center pada 2021 lalu, didapatkan skor atau tingkat literasi digital masyarakat Indonesia sebesar 3,49 dari skala 5,00. Berdasarkan skor tersebut, tingkat literasi digital di Indonesia berada dalam kategori “sedang”.
Aman Bermedia Digital
Dalam seminar itu, materi pertama disampaikan Ramadin Tarigan selaku Pandu Digital Purwa dengan topik “Aman Bermedia Digital”. Dalam paparannya, Tarigan menerangkan penggunaan layanan digital menawarkan kemudahan dan kepraktisan. Namun di sisi lain juga membuka potensi buruk, seperti penipuan dan pencurian akun, sehingga diperlukan pemahaman masyarakat terkait keamanan digital.
“Penekanan saya jangan sekali-kali memberikan nomor unik kita ke publik karena tidak ada yang aman seratus persen di dunia digital. Tindakan yang bisa kita lakukan adalah mengurangi resiko sedapat mungkin dan selalu berpikir kritis, tidak mudah percaya dengan semua yang kita dapat di internet,” tegas Tarigan.
Sementara Kepala SMKN 4 Kota Bengkulu, Paidi menyampaikan apresiasi terhadap Ditjen Aptika atas penyelenggaraan program Literasi Digital bagi pelajar tingkat SMK. Menurutnya, meski penggunaan internet semakin banyak tapi penggunaannya sebagai media pembelajaran belum sepenuhnya optimal.
“Karena jujur saja, tidak sedikit masyarakat maupun kalangan pelajar belum dewasa dalam menggunakan literasi digital. Memang dari hasil riset dikatakan jumlah penggunaan internet sudah banyak, tetapi pemanfaatan internet oleh peserta didik untuk pembelajaran masih belum optimal,” ungkap Paidi.
Seminar diakhiri dengan penyampaian materi oleh Kepala Dinas Pendidikan dan Kebudayaan Provinsi Bengkulu, Eri Yulian Hidayat, mengenai literasi digital di lingkungan pendidikan.
Menurutnya, arus informasi dan teknologi yang begitu pesat masuk dalam hitungan detik, dapat memberikan dampak positif maupun negatif. Sehingga para siswa perlu untuk melakukan analisa terhadap berbagai informasi yang diterima.
“Manfaatkan informasi dengan baik, apalagi dengan konsep merdeka belajar yang artinya siswa bisa belajar dimanapun dan kapanpun. Apalagi saat ini (era digitalisasi) konten-konten pembelajaran sangat mudah didapatkan,” ucap Yulian yang mengharapkan para siswa SMK menjadi sosok yang aktif dan kreatif.
Lihat juga: Kominfo jadi Enabler, Dukung Program Digitalisasi Sekolah Kemendikbudristek
Dikutip dari situs web Kemendikbudristek, kurikulum Merdeka Belajar merupakan bentuk evaluasi dari Kurikulum 2013 dengan pembelajaran intrakurikuler yang beragam. Penyajian konten menjadi lebih optimal agar peserta didik memiliki cukup waktu untuk mendalami konsep dan menguatkan kompetensi.
Konsep merdeka belajar sendiri terdiri dari tiga komponen, yaitu komitmen terhadap tujuan, mandiri dalam menentukan pilihan cara belajar, dan melakukan refleksi terhadap proses dan hasil belajar.
Kegiatan seminar literasi digital di lingkungan pendidikan merupakan salah satu upaya Kementerian Kominfo dalam mempercepat transformasi digital menuju Indonesia #MakinCakapDigital. Melalui program tersebut diharapkan siswa-siswi sekolah dapat mengimplementasikan empat pilar literasi digital sebagai fondasi dalam pemahaman teknologi dan inovasi belajar mengajar. (ea)