Jakarta, Ditjen Aptika – Pemanfaatan teknologi digital dapat memaksimalkan hasil pertanian yang selama ini masih terbilang rendah. Dengan teknologi digital berbasis IoT para petani dapat mengetahui kebutuhan unsur hara dan kondisi cuaca melalui sensor yang terintegrasi dengan aplikasi di smartphone.
Tenaga Ahli Pertanian dari Kearney Indonesia, Lucky Nurrahmat memaparkan fokus sektor pertanian adalah pada proses budidaya tanaman. Menurutnya, rantai nilai terbagi menjadi tiga proses utama mulai dari input pertanian; proses produksi, yang dimulai dari persiapan lahan, penanaman, pemeliharaan lahan, kemudian panen; hingga pasca-produksi.
Salah satu isu yang mengemuka dalam proses produksi adalah produktivitas hasil pertanian yang terbilang rendah dibandingkan negara lain. Hal itu terutama akibat 90 persen petani masih menggunakan cara-cara konvensional.
“Ketidakstabilan cuaca akibat perubahan iklim juga menyebabkan penurunan produksi. Misal, produksi beras menurun 0,2 persen year on year pada 2020 karena curah hujan di bawah rata-rata pada Oktober-Desember 2019,” jelas Lucky dalam diskusi panel dengan tema ‘Dampak Digital terhadap Tantangan di Sektor Pertanian” di Jakarta, Senin (24/10/2022).
Menurut Lucky, untuk mewujudkan potensi pertanian secara maksimal membutuhkan pendekatan yang lebih holistik melalui kerja sama dengan kementerian dan lembaga lain.
“Digitalisasi sektor pertanian juga dapat meningkatkan produktivitas menggunakan super app pertanian berbasis Internet of Things (IoT) yang memberikan rekomendasi end-to-end,” ujarnya.
Sementara itu pada acara Panen Raya Petani Digital 4.0 di Desa Wanasaba dan Desa Kembang Kerang, Kabupaten Lombok Timur, Provinsi Nusa Tenggara Barat, Ditjen Aptika Kominfo memamerkan perangkat sensor tanah dan cuaca berbasis teknologi IoT. Kedua desa tersebut menjadi pilot project digitalisasi pertanian sebagai bagian transformasi digital di enam sektor strategis.
“Saat ini telah dikembangkan beragam solusi digital di sektor pertanian diantaranya melalui pemanfaatan sensor tanah dan cuaca. Melalui teknologi digital ini para petani dapat mengoptimalkan penggunaan sumber daya pertanian seperti pupuk dan pestisida dalam bercocok tanam sesuai kebutuhan,” kata Ketua Tim Transformasi Digital Sektor Pertanian, Maritim, dan Logistik, Ditjen Aptika, Wijayanto pada Kamis (20/10/2022).
Lihat juga: Smart Farming untuk Tingkatkan Produktivitas Petani Sumba Timur
Perangkat digital sensor tanah dan cuaca itu bisa diaplikasikan dengan memasang perangkat IoT di lahan terlebih dahulu. Selanjutnya alat tersebut akan mengirimkan informasi kondisi tanah dan cuaca secara periodik yang kemudian diolah secara otomatis untuk menghasilkan rekomendasi tindakan.
Ditambahkan Wijayanto, mengatakan melalui aplikasi itu petani dapat mengetahui apa saja kebutuhan untuk meningkatkan pertumbuhan tanaman di lahan, seperti berapa banyak penggunaan air dan pupuk, sehingga aktivitas bertani menjadi lebih efisien.
“Melalui teknologi ini para petani dapat memahami kebutuhan tanaman sesuai kondisi riil di lahan. Semua kebutuhan tanah dan tanaman akan diinformasikan melalui aplikasi,” tuturnya.
Teknologi Digital Tingkatkan Produktivitas Pertanian
Dalam kesempatan yang sama, Dirjen Aplikasi Informatika, Semuel A. Pangerapan mengungkapkan rasa bangga karena akhirnya dapat memfasilitasi pemanfaatan teknologi digital untuk meningkatkan produktivitas dan efektivitas, dalam rangka menghasilkan produk-produk pertanian yang unggul.
“Kegiatan ini diharapkan dapat menjadi tempat untuk saling berbagi pengetahuan dan motivasi dalam melanjutkan pemanfaatan teknologi digital, khususnya pada sektor pertanian di Kabupaten Lombok Timur. Serta dapat menyelesaikan permasalahan yang dihadapi petani dalam upaya meningkatkan pertumbuhan ekonomi dan kesejahteraan petani,” ujar Dirjen Semuel dalam sambutan yang disampaikan secara virtual.
Sementara itu, Koordinator Padi Irigasi dan Rawa, Direktorat Serealia, Ditjen Tanaman Pangan Kementerian Pertanian, Rachmat menjelaskan keuntungan para petani bila menggunakan teknologi digital. Penggunaan teknologi dapat mengefisienkan produksi karena unsur hara yang akan diberikan kepada tanaman sesuai dengan rekomendasi dari aplikasi.
“Rekomendasi dari alat itu memang betul-betul sesuai dengan jumlah yang dibutuhkan oleh tanaman, pemupukan tidak lagi kurang atau berlebih karena jumlah unsur hara sudah tertera sangat jelas,” kata Rachmat.
Lihat juga: Pertanian Presisi Berbasis IoT Tingkatkan 30% Hasil Petani Sukabumi
Panen Raya Petani Digital 4.0 merupakan puncak dari rangkaian kegiatan yang dilakukan dalam rangka meningkatkan adopsi teknologi digital petani yang dimulai dari pemasangan perangkat, sosialisasi, pelatihan, hingga pendampingan rutin.
Kegiatan tersebut juga dihadiri oleh Praktisi, Dosen FTP UGM, Bayu Dwi Apri Nugroho; Kepala Dinas Kominfo dan Persandian Kabupaten Lombok Timur, Fauzan; Sekretaris Daerah Kabupaten Lombok Timur, H. M. Juaini Taofik; perwakilan Dinas Pertanian Kabupaten Lombok Timur; perwakilan UPTD Balai Penyuluh Pertanian masing-masing kecamatan; serta kelompok tani di Desa Wanasaba dan Desa Kembang Kerang, Kabupaten Lombok Timur. (lg)