Pematangsiantar, Ditjen Aptika – Program Adopsi Teknologi Digital “UMKM Go Online” dari Kementerian Kominfo membantu UMKM untuk bangkit dari pandemi dan perluas usaha. Contohnya UMKM “Rumah Jamur Corry” di Pematangsiantar, Sumatera Utara (Sumut).
“Dulu kita hanya jual di rumah dalam bentuk kemasan langsung siap saji. Ada yang pesan kita antar. Waktu Covid-19 kita jadi berpikir kalau gini-gini aja usaha kita nggak bisa hidup. Makanya sejak saat itu kita aktif ikut pelatihan,” ujar Owner Rumah Jamur Corry, Aidil Pane saat ditemui oleh Tim UMKM Direktorat Ekonomi Digital Ditjen Aptika di tempat usahanya di Pematangsiantar, Senin (1/8/2022).
Aidil mulai memanfaatkan teknologi digital untuk pengembangan usaha sejak 2020 lalu. Ia pun aktif mengikuti pelatihan-pelatihan yang diselenggarakan oleh Kemkominfo untuk memasarkan usahanya melalui marketplace.
“Di awal Covid-19 itu kami mulai coba masuk ke marketplace, kemudian kami juga aktif jemput bola untuk ikut kegiatan-kegiatan dari Kominfo,” katanya.
Aidil bercerita, ia memulai usahanya tahun 2014 dengan budidaya jamur tiram. Ia kemudian berinisiatif membuat produk olahan jamur tiram, yaitu crispy jamur tiram dan stick jamur tiram. “Untuk produksi olahan jamurnya kami baru mulai 4 tahun lalu,” ujarnya.
Usaha milik Aidil kini makin berkembang. Saat ini ia telah memiliki 10 mitra dan membentuk kelompok usaha Rumah Corry dengan menggandeng UMKM lain. Produk olahan jamur banyak dipasarkan secara daring lewat sejumlah marketplace, seperti Shopee, Tokopedia dan Bukalapak.
“Kita pemasaran sekarang 90 persen di online. Selebihnya paling kita jualan di rumah saja. Kita juga sudah pakai QRIS untuk pembayaran,” tuturnya.
Berkat penjualan online produk “Rumah Jamur Corry” kini dipasarkan tidak hanya di Pematangsiantar dan daerah lain di Sumut namun hingga Jakarta. “Kita sekarang sudah ke banyak daerah (pemasarannya), Jakarta juga sudah banyak. Sampai saat ini juga masih free ongkir di marketplace,“ sebutnya.
Membina 2600 UMKM di Sektor Pengolahan, Makanan, dan Kerajinan
Sementara itu, Koordinator Fasilitator UMKM Sumut, Hendra Priyadi mengatakan saat ini di daerahnya ada sebanyak 2.600 UMKM binaan yang banyak bergerak di sektor pengolahan, sektor makanan dan kerajinan. Sebagian besarnya sudah menggunakan marketplace untuk berjualan.
”Di tahun ini UMKM di Sumut kebanyakan sudah masuk level adopter karena sudah melakukan penjualan melalui marketplace. Targetnya sekarang bagaimana mereka yang sudah punya marketplace bisa meningkatkan pemasaran,” ujar Hendra.
Hendra dan tim bersama pemerintah daerah setempat juga mendorong para UMKM memanfaatkan teknologi digital untuk mengembangkan usaha. Salah satunya dengan pemberian Nomor Induk Berusaha (NIB) dan Sertifikat Produksi Pangan Industri Rumah Tangga (SPP-IRT) gratis kepada para UMKM.
“Kami di Tapanuli Utara sudah melakukan pembuatan puluhan NIB dan SPP IRT gratis bagi para UMKM yang didukung penuh oleh dinas terkait. Nanti ke depannya kami juga membuatkan NIB dan SPP IRT gratis untuk seluruh daerah dampingan,” tambah Hendra.
Sedangkan Anggota Tim Adopsi Teknologi Digital UMKM Ditjen Aptika, Sumarno mengatakan dengan program Adopsi Teknologi Digital UMKM Tahun 2022 harapannya bisa meningkatkan kesejahteraan para UMKM khususnya yang ada di 13 kawasan prioritas.
Wilayah itu yakni Sumut, Bangka Belitung, Kalimantan Barat, Banten, Jabodetabek dan Kepulauan Seribu, Jawa Tengah dan DIY, Jawa Timur, Nusa Tenggara Timur, Nusa Tenggara Barat, Sulawesi Tenggara, Maluku Utara, Papua Barat dan Papua.
“Kalau usaha mereka maju dan dagangannya laku, maka kesejahteraan mereka bisa meningkat. Kalau semua UMKM di daerah melakukan itu saya yakin daerahnya juga akan tumbuh berkembang dengan baik,” ujar Sumarno.
Melalui penjualan online, ia juga berharap UMKM bisa naik kelas dan merambah pasar yang lebih luas. “Dengan berjualan online mereka bisa mencakup pasar lebih luas dan meningkatkan jumah konsumen,” pungkasnya. (frs)