Jakarta, Ditjen Aptika – Isu mengenai transformasi digital mendominasi pemberitaan bidang aptika dalam 24 jam terakhir. Menteri Komunikasi dan Informatika, Johnny G Plate menyebut pandemi covid-19 mempercepat transformasi digital di Indonesia. Pergerakan masyarakat di dunia maya sangat masif dan mewujudkan hal tersebut.
“Saya sendiri melihat ini seperti , di mana masyarakat dunia dan khususnya Indonesia bergerak secara cepat masuk ke era baru era digital. Ada peningkatan pertumbuhan ekonomi di sektor informasi dan komunikasi selama 2021, tahun 2021 sektor informasi dan komunikasi itu tumbuh positif berturut-turut yaitu 8,72 persen, 6,87 persen dan 5,51 persen ,” ujar Johnny melalui keterangan tertulis seperti dikutip dari Medcom.id, Selasa (28/12/2021).
Menurut Johnny, perkembangan saat ini sudah berada di atas rata-rata ekonomi nasional. Johnny terus mendorong masyarakat aktif menggunakan ruang digital dengan memperbanyak infrastruktur.
“Pembangunan infrastruktur telekomunikasi di Indonesia sebelumnya didorong hanya dari sisi disrupsi teknologi. Namun, pandemi covid-19 memacu akselerasi transformasi digital di semua sektor,” ujar Johnny.
Semangat masyarakat berselancar di dunia digital harus difasilitasi dengan infrastruktur yang mumpuni. Jika tidak, perkembangan ekonomi digital tidak dapat dimaksimalkan.
Menurut dia, ada panduan dari Presiden Joko Widodo untuk memastikan transformasi digital dilaksanakan dengan baik oleh Kominfo. Sehingga, Indonesia bisa menyiapkan fondasi kehidupan bernegara dan bermasyarakat. “Ini dalam rangka mendorong kemampuan negara kita, resiliensi bangsa kita dan kemampuan adaptasi negara kita, masyarakat kita untuk masuk ke era digital,” kata Johnny.
Sepanjang 2021 BNPT Temukan Lebih 600 Situs Berpotensi Radikal
Sementara itu isu bidang aptika terbanyak selanjutnya mengenai Pencegahan Aksi Terorisme dengan total 13 pemberitaan media cetak dan online. Kepala Badan Nasional Penanggulangan Terorisme Komjen Pol Boy Rafli Amar menyebut meski tren radikalisme di Indonesia menurun selama pandemi Covid-19, BNPT tetap mewaspadai penyebaran paham radikal dan terorisme melalui media daring.
“Sejak Januari hingga Desember 2021, BNPT telah mencatatkan lebih dari 600 situs/akun berpotensi radikal,” kata Kepala BNPT Komjen Pol Boy Rafli Amar dalam keterangan tertulis, seperti dilansir Beritasatu.com, Selasa (28/12/2021).
Adapun perinciannya, yakni konten propaganda sebanyak 650. Dari angka tersebut, 409 merupakan konten umum yang berisi informasi serangan, 147 konten anti-NKRI, 85 konten anti-Pancasila, tujuh konten intoleransi dan dua konten takfiri. “Selain itu, terdapat juga konten pendanaan sebanyak 40 konten, dan konten pelatihan sebanyak 13 konten. Seluruh akun tersebut telah proses take down bekerja sama dengan Dirjen Aptika Kementerian Komunikasi dan Informatika,” ujar Boy.
Upaya pencegahan konten propaganda terorisme secara langsung juga membantu penurunan indeks risiko terorisme (IRT) target dan pelaku. Pada 2021, IRT Target berada di angka 52,22 dan IRT Pelaku di angka 30,29. Terkait penanganan foreign terrorist fighters (FTF), BNPT bersama dengan pemangku kepentingan lainnya tengah melaksanakan koordinasi, validasi dan sinkronisasi data. Hal ini terkait WNI yang terasosiasi FTF.
“Selama tahun 2021, Satgas Penanggulangan FTF melakukan proses validasi bersama dengan Dirjen Imigrasi, Dirjen Bea Cukai dan Densus 88 Antiteror Polri terhadap WNI yang berada di zona konflik Suriah. Sepanjang tahun 2021, Satgas Penanggulangan FTF telah melakukan validasi sebanyak 529 profil,” ungkap Boy. (lry)