NTB, Ditjen Aptika – Pelaku pariwisata melakukan perubahan dari sistem konvensional menjadi digital pada sejumlah kawasan wisata provinsi Nusa Tenggara Barat (NTB). Salah satunya sistem registrasi naik Gunung Rinjani, yaitu Sembalun.
“Selama pandemi, jalur pendakian mengalami buka dan tutup sesuai kebijakan pembatasan kegiatan. Ketika buka, sistem pendaftaran naik gunung menggunakan sistem daring,” kata pelaku wisata Gunung Rinjani peserta pemberdayaan Pandu Digital NTB: Mengembangkan Pariwisata sebagai Upaya Pemulihan Ekonomi di Era Pandemi, Nanang Suryana, Rabu (22/09/2021).
Ia mengatakan perubahan sistem ini untuk mengurangi kontak fisik dan mempermudah pendataan pendaki Gunung Rinjani yang berizin dan ilegal, serta pengawasan terhadap pendaki selama pandemi Covid-19.
Bagi pendaki yang ingin mendaki gunung Rinjani harus registrasi secara daring melalui aplikasi eRinjani atau mengakses website rinjaninationalpark.id.
Setiap pendaki harus teregistrasi pada sistem daring tersebut untuk membeli e-Ticket dan memantau kelengkapan protokol kesehatan pendakian. “e-Ticket berguna untuk menghitung kuota pendaki yang masuk kawasan Rinjani sebagai upaya pengawasan dan pencegahan Covid-19,” jelasnya.
Pendaki yang membutuhkan informasi lebih lanjut dan pertolongan pertama saat mendaki juga dapat menghubungi administrator melalui Whatsapp untuk mempercepat pelayanan.
Perubahan sistem ini difasilitasi oleh Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan (KLHK), juga Taman Nasional Gunung Rinjani untuk dikelola pelaku wisata di setiap pintu masuk jalur pendakian.
Lihat juga: Terdampak Pandemi, Menkominfo Ajak Wisatawan dan UMKM Bangkitkan Perekonomian dengan Dua Aplikasi
Selain Gunung Rinjani, ada banyak potensi pariwisata di NTB yang masih belum terekspos.
Salah satu pemuda peserta pemberdayaan Pandu Digital, Hikammurijal mengatakan di daerah Mandalika tempatnya tinggal, banyak lokasi bekas tambang yang menjadi spot wisata warga lokal. Ia belum mengetahui bagaimana memperkenalkan potensi wisata itu ke masyarakat luas.
“Saya berharap bagi warga yang daerahnya memiliki potensi wisata dapat diberikan pendampingan untuk memperoleh ilmu cara mempromosikan wisata yang efektif,” kata Hikammurijal.
Ia juga mengharapkan adanya transfer ilmu baik teori maupun praktik untuk mempromosikan potensi wisata tersebut secara daring. Baginya, hal tersebut mempermudah promosi tanpa mengeluarkan biaya yang banyak.
“Hanya saja saya belum tahu cara yang benar,” ujarnya.
Sementara itu, Koordinator Pandu Digital, Bambang Tri Santoso mengatakan melalui Pandu Digital masyarakat akan dibantu memahami penggunaan teknologi digital yang positif, efektif, dan produktif.
Pandu Digital merupakan agen literasi digital yang memberikan pendampingan kepada masyarakat untuk mengetahui penggunaan teknologi digital.
Lihat juga: Targetkan 10 Ribu Anggota Baru, Pandu Digital Gelar ToT Pertama di NTB
Setiap Pandu Digital diharapkan dapat memberikan pendampingan secara rutin di seluruh daerah Indonesia agar masyarakat dapat mengikuti kegiatan tersebut dan memperoleh pemahaman digital yang baik.
“Kami memiliki fokus pada 5 sektor strategis, yaitu UMKM, pendidikan, pariwisata, pertanian, dan perikanan,” ujarnya.
Pria yang biasa disapa Betri itu mengungkapkan agar setiap pendampingan yang diberikan Pandu Digital di daerah manapun dapat disambut baik dan diikuti masyarakat agar mempeoleh ilmu yang diharapkan.
“Selain meningkatkan pemahaman digital bagi masyarakat, hal ini juga dapat menjadi salah satu pendukung Indonesia dalam melakukan transformasi digital,” pungkasnya. (pag)