Jakarta, Ditjen Aptika – Isu terkait Gerakan 1.000 Startup Nasional masih muncul dalam pemberitaan 24 jam terakhir. Topik yang menjadi sorotan media adalah pernyataan dari Sekjen Sikti Kemendikbudristek Paristiyanti Nurwardani terkait mata kuliah startup digital yang bersifat opsional.
Sekjen Dikti menjelaskan jika otoritas perguruan tinggi ingin menyempurnakan kurikulum yang relevan dengan era digital, dengan menambahkan mata kuliah start-up digital menjadi mata kuliah tambahan atau pilihan, maka dapat diputuskan secara otonom. Mata kuliah startup digital ialah kolaborasi antara Ditjen Dikti dengan Kementerian Kominfo, yang akan dihadirkan pada tahun 2022.
Sekjen Dikti juga menjelaskan bahwa tahun ini Kemendikbudristek sudah mulai melatih dosen-dosen yang akan mengampu mata kuliah startup digital. Dalam program Dikti pada 2021 ditargetkan sebanyak 100 ribu partisipan dosen dan mahasiswa mengikuti pelatihan tersebut.
Program ini disebut jadi wadah pemberi pendampingan dan pemberdayaan dunia startup digital di Indonesia, yang terdiri atas enam tahapan, yakni: ignition, networking, workshop, hacksprint, bootcamp bimbingan mentor, dan incubation. Kemendikbudristek dan Kementerian Kominfo berupaya untuk memberikan modul berstrandar nasional serta narasumber nasional dalam Diklat Start Up Digital
Jokowi sebagai presiden RI sangat mendukung dengan program kolaborasi antara Kemendikbudristek dan Kementerian Kominfo. Menurut Presiden Jokowi, Indonesia membutuhkan talenta digital sebanyak kurang lebih 9 juta orang untuk 15 tahun ke depan.
Pembentukan Grup GoTo
Isu terkait pembentukan Grup GoTo dalam pemberitaan 24 jam terakhir. Topik yang diangkat mengenai Gojek dan Tokopedia yang mengumumkan adanya penyatuan bisnis. Perusahaan baru hasil kolaborasi keduanya yang diberi nama Grup GoTo. Media mengangkat pernyataan Menkominfo Johnny G. Plate bahwa pembentukan GoTo group sebagai salah satu titik pijakan besar bagi ekosistem ekonomi digital di Indonesia.
Tidak hanya akan menjadi contoh kesuksesan tunggal semata, GoTo juga dinilai sebagai pembuka jalan bagi inovator Indonesia lainnya untuk terus berupaya mengembangkan usahanya dengan memanfaatkan teknologi digital, berkolaborasi untuk sinergi, serta berekspansi ke mancanegara.
Menurut Co-founder UKM Indonesia Dewi Meisari Haryanti, GoTo diharapkan kedepan akan lebih banyak UMKM produsen yang bisa menjadi seller di marketplace GoTo yang punya eksposur besar dan bukan hanya pedagang saja. Penggabungan antara dua perusahaan ini dilakukan saat beberapa peraturan mengenai ekonomi digital belum mengatur aspek perlindungan konsumen online, khususnya terkait perlindungan data pribadi yang ekstensif.
Pinkan juga menjelaskan bahwa penggabungan dua perusahaan ini patut diapresiasi dan memungkinkan untuk menjadi salah satu upaya mengatasi dampak Covid-19 terhadap keberlangsungan usaha utamanya bagi para mitra, merchant, dan juga pengguna ekosistem Gojek dan Tokopedia. (lry)