Lombok Timur, Ditjen Aptika – Pondok Pesantren sebagai bagian dari sektor pendidikan harus turut berpartisipasi dalam proses transformasi digital. Hal itu penting karena sektor pendidikan merupakan penghasil generasi-generasi penerus bangsa.
“Pondok Pesantren Thohir Yasin di Lombok Timur ini harus dapat mengikuti perkembangan era digital agar tidak tertinggal. Bapak/Ibu pengajar harus mengerti pengetahuan-pengetahuan dasar teknologi digital, agar bisa menularkan kepada anak didiknya,” tutur Ketua Pandu Digital Provinsi NTB, Muhammad Yusron, saat Pendampingan Pandu Digital pada Sektor Pendidikan, di Pondok Pesantren Thohir Yassin Lombok Timur, Minggu (04/04/2021).
Terlebih di masa pandemi Covid-19 ini, ia melanjutkan, teknologi digital menjadi sesuatu keniscayaan. Kegiatan belajar mengajar pun harus dilakukan secara daring, sehingga diperlukan pemahaman yang baik antara pengajar dan peserta didik.
Pada kesempatan tersebut ia menjelaskan mengenai dasar-dasar penggunaan internet, seperti World Wide Web (www), electronic mail (e-mail), telnet, file transfer protocol (FTP), gopher, chat groups/internet relay chat (IRC), dan newsgroup.
Ketua Pandu Digital NTB itu juga menjelaskan, bahwa dalam menggunakan internet terdapat dampak positif dan juga dampak negatifnya, seperti contoh berikut.
Dampak Positif Internet:
- Menambah wawasan dan pengetahuan,
- Menjadi media komunikasi,
- Mudah mencari lowongan pekerjaan, dan
- Mudah melakukan transaksi dan berbisnis.
Dampak Negatif:
- Pornografi,
- Tersebarnya informasi palsu,
- Menampilkan kekejaman, dan
- Penipuan.
“Kita harus bisa memahami hal ini, jangan sampai perkembangan internet ini dipakai untuk hal-hal negatif. Kami menyasar tenaga pengajar sebagai sasaran literasi digital ini karena diharapkan dapat terjadi getok tular dari para pengajar kepada anak-anak didiknya,” pungkas Yusron.
Sementara itu, Tenaga Ahli DPR RI, Ahyar Ros menjelaskan mengenai pembuatan konten digital yang menarik. “Kunci utama dalam membuat konten digital yang menarik ialah harus mengandung unsur edukasi, inspirasi, relevan, dan original,” terangnya.
Edukasi bermakna konten harus bisa mengantarkan unsur-unsur yang bermanfaat bagi khalayak luas. Namun selain mengedukasi, konten juga harus dibuat menginspirasi agar dapat lebih menarik perhatian penerima.
“Hal lain yang tak kalah pentingnya, konten harus relevan dengan penerima materi dan original. Original yang dimaksud kontennya bukan hasil plagiat,” jelasnya.
Pendampingan pandu digital itu diikuti oleh 50 tenaga pengajar dan beberapa santri di lingkungan Pondok Pesantren Thohir Yasin Lombok Timur. Selain sektor pendidikan, Pandu Digital Provinsi NTB juga secara paralel mengadakan pendampingan pada sektor-sektor lainnya.
Testimoni Peserta Literasi Digital Pandu Digital Sektor Pendidikan
Faturrahman Santri Pondok Pesantren Thohir Yasin:
“Alhamdulillah setelah mengikuti literasi digital oleh pandu digital, dapat memberikan informasi tentang kegunaan digital terutama pada bidang pendidikan. Ini sangat bermanfaat untuk dakwah juga.”
Syairon Santri Pondok Pesantren Thohir Yasin:
“Alhamdulillah barusan mengikuti pandu digital, ini sebagai modal untuk dakwah dengan cara digital.” (lry)
Galeri Foto Pendampingan Pandu Digital pada Sektor Pendidikan di Pondok Pesantren Thohir Yassin Lombok Timur