Jakarta, Ditjen Aptika – Isu terkait aksi terorisme masih muncul dalam pemberitaan 24 jam terakhir. Topik yang diangkat mengenai pemblokiran konten terorisme dan perekrutan teroris dengam menggunakan media sosial.
Era informasi 4.0 menyebabkan aksi terorisme merambah hingga media sosial, hal ini terlihat dari adanya perekrutan kelompok teroris yang menggunakan media sosial hingga tersebarnya konten-konten radikal.
Media menyorot pernyataan Menkominfo Johnny G. Plate yang menyatakan pihaknya telah melakukan pengawasan 24 jam di media sosial, khususnya yang terindikasi terorisme. Kementerian Kominfo dalam kerjanya menggunakan sistem Artificial Intelligence (AI), sehingga semua konten radikal dapat segera ditakedown.
“Kominfo melakukan pengawasan melalui sistem berbasis AI dan disaat bersamaan terus berkoordinasi dengan kementerian/lembaga, serta stakeholder terkait lainnya,” ujar Johnny.
Per 3 April 2021, terdapat 20.543 konten terindikasi terorisme di media sosial. Menkominfo melanjutkan hingga saat ini pemerintah masih aktif melakukan literasi digital agar masyarakat dapat memilah informasi dan terhindar dari konten radikalisme.
“Kementerian Kominfo telah melakukan pemblokiran konten radikalisme terorisme sejumlah 20.453 konten yang tersebar di situs internet, serta beragam platform media sosial,” jelasnya.
Johnny juga menyebut Kominfo melakukan literasi digital agar masyarakat bisa memilah informasi di internet, “Kami juga melakukan kegiatan literasi digital agar masyarakat dapat memfilter informasi yang diterima dengan baik, serta mendorong media sosial dipenuhi dengan konten-konten positif dan produktif,” ujar Johnny.
Transformasi Digital Jadi Fokus Utama Kepengurusan Baru Mastel
Isu mengenai fokus kepengurusan baru Masyarakat Telematika Indonesia (Mastel) untuk kepengurusan baru mereka yang mendukung penuh langkah percepatan transformasi digital yang dicanangkan pemerintah terutama dalam upaya mendorong program Pemulihan Ekonomi Nasional.
Ketua Umum Mastel terpilih Sarwoto Atmosutarno menegaskan sektor telematika saat ini sudah menjadi enabler of livings yang menjadi pondasi penting dalam kehidupan sehari-hari. Dengan demikian, Mastel memposisikan diri sebagai a living enablers yang dinamis, hub bagi seluruh pemangku kepentingan serta ikut aktif menjadi fasilitator percepatan program transformasi digital nasional yang tepat guna.
Keanggotaan Mastel yang terdiri para praktisi di bidang penyelenggara telekomunikasi seluler, jaringan telekomunikasi, lembaga penyiaran televisi dan radio, fintech, penyelenggara jasa internet, cloud computing, data center, menara telekomunikasi, internet of things, big data, cyber security, serta para intelektual dan organisasi profesi membuat isu transformasi digital menjadi hal tidak terhindarkan.
“Bagi Mastel transformasi digital sudah menjadi menu sehari-hari,” ungkap Sarwoto dalam keterangannya, Jumat (09/04/2021). (lry)