Jakarta, Ditjen Aptika – Dirjen Aplikasi Informatika mengajak semua pihak ikut serta meningkatkan literasi digital masyarakat, khususnya mengenai pelindungan data pribadi dan misinformasi di masa pandemi.
“Peran serta bisa berupa kolaborasi lintas pihak melalui beragam inisiatif dan inovasi,” ujar Dirjen Aptika, Semuel A. Pangerapan dalam Seminar Nasional Menjaga Privasi dan Melawan Hoaks Covid-19, Rabu (17/03/2021).
Berdasarkan survei yang dilakukan Ditjen Aptika bersama Katadata pada tahun 2020, Indonesia masih ada di skala 3,47 dari skala 4. “Hasil itu mencerminkan, angka literasi digital Indonesia masih dibawah tingkatan baik,” ujarnya.
Bagi Dirjen Semuel, temuan itu harus disikapi bersama mengingat Indonesia tengah melakukan percepatan transformasi digital, terutama di masa-masa pandemi seperti sekarang.
Saat ini Kemkominfo masih membahas RUU Pelindungan Data Pribadi bersama DPR RI, agar Indonesia segera memiliki payung hukum pelindungan data pribadi yang lebih komprehensif. Namun regulasi saja tidak cukup tanpa adanya kesadaran dan kecakapan masyarakat digital.
“Maka dari itu, mari kita jaga semangat optimisme dalam meningkatkan ekosistem digital yang aman, sehat, berbudaya, beretika dan bermanfaat dengan tetap mematuhi protokol kesehatan,” pungkas Dirjen Semmy.
Lihat Juga: Literasi Digital Jadi Kunci Keberhasilan Transformasi Digital
Sementara itu, sebagai seorang relawan Covid-19, dr. M. Fajri Adda’i mengatakan dirinya ikut serta meningkatkan literasi digital masyarakat seputar bidang kesehatan melalui sosial medianya.
Dirinya secara rutin merespon untuk memberikan informasi benar terkait Covid-19 yang sering timbul sebagai isu hoaks. Contohnya mengenai vaksin. Informasi yang diberikan mampu mengimbangi hoaks yang dampaknya besar.
“Harus ada keep point atau orang yang membantu menarasikan sesuatu untuk mengimbangi hoaks. Nantinya, masyarakat akan berpikir mana informasi yang benar terutama terkait Covid ini,” jelas Fajri.
Menurutnya semua orang dapat melakukan hal serupa dengan bahasa yang tidak rumit dan mudah dimengerti. “Cukup kita sampaikan secara sederhana dan gunakan media yang mudah digapai masyarakat umum,” ujarnya.
Lihat Juga: Aptika Adakan Literasi Digital ke 514 Kabupaten/Kota
Ditambahkan oleh Direktur Kebijakan Publik Whatsapp Indonesia, Esther Samboh, bahwa sebagai salah satu media komunikasi Whatsapp telah berperan dalam melindungi data pribadi penggunanya.
“Kami telah menggunakan end-to-end encryption secara default. Artinya hanya kita dan orang yang kita kirimi pesan yang bisa membacanya,” katanya.
Pilihan untuk menampilkan foto profil atau tidak, dan pengaturan last seen juga sengaja disediakan Whatsapp sebagai komitmen untuk menjaga privasi penggunanya.
Kemudian pengaturan untuk bergabung dalam suatu grup yang berguna untuk mencegah penyebaran hoaks atau berita keliru lainnya. “Pengguna bisa memilih agar diundang hanya dari orang yang tersimpan di kontaknya,” terangnya.
Perempuan yang biasa disapa Esther ini juga menambahkan Whatsapp bekerja sama dengan Mafindo menyediakan chatbot untuk melaporkan hoaks dan misinformasi lainnya.
Ia berharap cara yang telah dilakukan pihaknya bisa membantu meningkatkan perhatian masyarakat terhadap pelindungan data pribadi, serta membantu melawan hoaks maupun misinformasi. (pag)