Jakarta, Ditjen Aptika – Pandemi Covid-19 di Indonesia membuat para guru mengajar melalui sistem daring. Perlu penyesuaian dalam menyampaikan tiga kompetensi utama pendidikan.
“Tiga kompetensi utama harus tetap diberikan karena itu adalah tujuan pendidikan. Kompetensi tersebut adalah membimbing murid agar dapat merdeka dalam belajar, merdeka berkolaborasi, dan merdeka dalam berkarya. Meskipun melalui penyesuaian dari tatap muka secara langsung menjadi sistem daring,” jelas Pendiri SekolahMU, Najelaa Shihab dalam webinar Pemanfaatan Internet sebagai Media Penyebaran Informasi dalam Upaya Melindungi Diri dari Bencana Pandemi Covid-19 yang disiarkan langsung melalu kanal Youtube Bakti Kominfo, Senin (03/05/20).
Najelaa kemudian menerangkan masing-masing kompetensi tersebut. “Kompetensi pertama, yaitu merdeka belajar adalah ketika murid memiliki komitmen dalam belajarnya. Mampu menyelesaikan semua proses belajar dan mencapai cita-cita secara mandiri. Memiliki kemampuan reflektif, mengetahui tantangan dan kelebihan diri, serta dapat membuat rencana,” jelasnya.
“Kemudian kompetensi yang kedua adalah merdeka berkolaborasi yaitu murid menjadi cerdas, komunikatif, dan mampu bekerja sama untuk mencapai proses terakhir yaitu berkarya. Hasil akhir adalah kompetensi merdeka berkarya, dimana murid diharapkan mampu menciptakan karya yang inovatif, berprinsip dan memiliki orientasi kegiatan,” ujar Najelaa.
Najelaa menjelaskan kesulitan yang dialami guru saat melakukan penyesuaian sistem mengajar adalah tidak memiliki akses internet yang baik. Namun kegiatan belajar harus tetap dilakukan dan kompetensi tersebut harus tetap diperhatikan. Sebab, apabila tidak dilakukan pendidikan Indonesia akan semakin tertinggal.
“Apabila tidak memiliki jaringan internet yang baik, bisa memanfaatkan fitur fitur yang terdapat pada gawai atau aplikasi tanpa harus menggunakan kuota yang banyak. Selain itu, lebih mengoptimalkan penggunaan Whatsapp untuk berkomunikasi dengan murid dan orang tua agar guru dapat memahami murid dan proses belajar tetap lancar,” terang Najelaa.
Najelaa juga memberikan solusi apabila jaringan internet tidak menjadi masalah guru dalam mengajar. Guru dapat mengadakan diskusi daring yang bermakna dengan murid melalui aplikasi Zoom, Google Meet, dan aplikasi lainnya.
Guru juga dapat mempelajari kiat mengajar yang disediakan pada kursus daring seperti cara pembuatan video sederhana untuk pembelajaran jarak jauh atau menciptakan lagu anak PAUD yang dapat disebarluaskan dan dipraktikkan murid di rumah.
Selain itu, guru honorer yang tidak mendapatkan kelas untuk mengajar secara daring, dapat mendaftar sebagai guru daring yang dicari oleh beberapa platform.
Terakhir, Najelaa memberikan semangat untuk para guru bahwa merasa kesulitan dan mengalami penurunan motivasi mengajar di saat seperti ini adalah hal yang wajar. Berbagi pengalaman keberhasilan dalam situasi ini bisa dimanfaatkan antar guru untuk bertukar strategi dan meningkatkan motivasi dalam mengajar. (pag)