Jakarta, Ditjen Aptika – Komisi Pemilihan Umum (KPU) mengadakan lomba Cipta Aplikasi Alat Peraga Kepemiluan untuk meningkatkan partisipasi Pemilihan Umum (Pemilu). Karya terbaik akan digunakan sebagai alat sosialisasi oleh KPU, khususnya menyambut Pilkada Serentak pada 23 September 2020.
“Kegiatan lomba ini merupakan usaha untuk sosialisasi khususnya bagi generasi milenial, karena aplikasi game merupakan sesuatu yang erat dengan pemilih milenial. Hasil karya dari peserta nantinya bisa dimodifikasi dan disempurnakan, khususnya dari segi konten, agar sesuai dengan kebutuhan KPU,” ucap Kepala Biro Teknis dan Humas KPU, Nur Syarifah saat acara Penjurian Lomba Cipta Aplikasi Alat Peraga Kepemiluan, di Hotel Le Meridien, Jakarta, Senin (09/03/2020).
Sependapat dengan Nur Syarifah, Komisioner KPU Viryan Aziz juga menyatakan game merupakan salah satu cara yang efektif dalam meningkatkan partisipasi Pemilu. Mengingat game merupakan salah satu media sosialisasi yang menyenangkan dan menghibur.
“Saya sangat mengapresiasi peserta lomba yang tidak hanya berasal dari Jakarta, dan berharap semoga hasil dari kegiatan ini dapat berguna untuk Pilkada ataupun Pemilu. Apalagi pada 23 September nanti kita akan mengadakan Pilkada serentak,” ucap Ilham.
Dalam penjurian tersebut ada lima aspek yang akan dinilai, yaitu:
- Fungsionalitas (apakah game tersebut dapat berfungsi secara baik),
- Engagement (apakah game tersebut menarik untuk dimainkan),
- Desain visual (apakah visualnya menarik),
- Desain audio (apakah audionya nyaman untuk didengar), dan
- Sesuai tema (apakah sesuai dengan tema yang diberikan).
Terkait dengan penjurian lomba, perwakilan dari Ditjen Aplikasi Informatika, Maykada Harjono mengatakan bahwa dalam melakukan penilaian penting untuk mengetahui sasaran yang ingin dituju. “Game condong ditujukan untuk generasi muda atau pemilih pemula. Dalam pembobotan nilai penting untuk melihat potensi pengembangan, disesuaikan dengan kebutuhan KPU sendiri,” ujarnya.
Sedangkan perwakilan Asosiasi Games Indonesia (AGI), Adam Ardisasmita menyampaikan bahwa kegiatan ini baik untuk menumbuhkan pengembang game lokal. Menurut data dari Newzoo orang Indonesia menghabiskan uang 14 triliun rupiah untuk bermain game. “Namun hanya sekitar 0,4 persen yang masuk ke developer lokal,” pungkasnya. (lry)