Jakarta, Ditjen Aptika – Microsoft merayakan 25 tahun keberadaannya di Indonesia dan akan terus berinvestasi untuk membantu Indonesia mewujudkan visi menjadi negara dengan ekonomi digital terdepan di Asia Tenggara. Sebagai bagian dari perayaan ini, Microsoft menyelenggarakan konferensi developer terbesar di Asia Pasifik, yang dihadiri oleh lebih dari 2.500 developer dan lebih banyak lainnya yang berpartisipasi secara online dalam satu hari penuh pembelajaran.
Diselenggarakan melalui kerja sama dengan Kementerian Komunikasi dan Informatika (KOMINFO), Digital Economy Summit //DevCon/ memperkenalkan Microsoft for Startups kepada para partisipan, di antaranya developer, startups, komunitas, organisasi dan para pemimpin bisnis di Indonesia.
Dengan menekankan pada komitmen Microsoft untuk Indonesia, acara ini bertujuan untuk memberikan para developer kecepatan, serta kebebasan dari bahasa, kerangka kerja atau cloud. Poin utama dari acara summit tersebut antara lain:
- Keynote dari Presiden Republik Indonesia Joko Widodo dan CEO Microsoft Satya Nadella;
- Menampilkan pembicara dari para pemimpin industri dan startup, termasuk Beehive Drones, Jejak.in, Opsigo, KoinWorks dan Botika;
- Menghadirkan lima Komunitas Developer dan Pusat Pembelajaran, yang memberikan partisipan akses ke Dicoding, komunitas developer, GitHub, LinkedIn untuk kesempatan kerja, She Loves Tech, platform komunitas yang menyediakan pembelajaran, panduan dan dukungan kepada developer dan wirausaha perempuan, serta pengalaman solusi dari Telkomsel & ViBiCloud.
“Microsoft memiliki sejarah panjang dan telah beroperasi di Indonesia selama 25 tahun dengan 150+ karyawan dan 7.000 mitra yang tersebar di 17.000 pulau di Indonesia. Selaras dengan prioritas pemerintah untuk menciptakan komunitas yang siap masa depan (future-ready), kami pun berfokus pada talenta digital dan infrastruktur digital untuk ekonomi digital,” ujar Presiden Direktur Microsoft Indonesia Haris Izmee, Ritz Carlton Pacific Place, Jakarta, Kamis (27/02/2020).
“Misi kami di Indonesia adalah untuk memberdayakan setiap orang dan setiap organisasi untuk mencapai lebih, termasuk melengkapi tenaga kerja dengan keterampilan dan dukungan yang diperlukan untuk mentransformasi Indonesia. Ada perubahan drastis dalam pasar tenaga kerja global, dan kami memahami bahwa lebih dari separuh karyawan di organisasi apapun saat ini perlu terus dilatih,” lanjut Haris.
Menyediakan Kemampuan Untuk Siap di Masa Depan
Menurut Harris, para profesional yang sangat terampil akan memiliki dampak yang sangat besar saat komputasi menjadi bagian di setiap industri, dan hal tersebut menciptakan defisit tenaga kerja yang memiliki keterampilan digital. “Pekerjaan hari ini tidak akan menjadi pekerjaan masa depan, dan kami telah melihat permintaan akan peran teknisi perangkat lunak berkembang dengan cepat, tidak hanya pada sektor teknologi,” ungkapnya.
Para pemimpin bisnis di Indonesia, lanjutnya, merasa bahwa pengetahuan kuantitatif, analitik dan statistik, kewirausahaan dan pengambilan inisiatif, serta keterampilan dan pemrograman teknologi informasi (TI) akan menentukan kesuksesan suatu negara.
Pada acara Summit, Microsoft mengumumkan wisuda batch pertama 2.500 developer yang mendapatkan beasiswa Azure dari Azure Academy, yang dijalankan oleh Dicoding, dimana kelas virtual diselenggarakan dalam Bahasa Indonesia.
Menurut Studi Microsoft IDC 2019, 65% pemimpin bisnis di Indonesia merasa bahwa teknologi seperti kecerdasan buatan dapat membantu karyawan melakukan pekerjaannya dengan lebih baik dan 21% pemimpin bisnis percaya bahwa kecerdasan buatan (Artificial Intelligence – AI) akan menciptakan pekerjaan baru. Sementara itu, meski 81% bisnis di Indonesia memprioritaskan pelatihan dan peningkatan keterampilan pekerja di masa mendatang, 48% dari mereka belum menerapkan rencana untuk melatih pekerjanya dan 13% perusahaan belum memiliki rencana tersebut.
Selama 25 tahun terakhir, Microsoft telah melatih 18 juta guru dan siswa di Indonesia terkait dengan keterampilan digital termasuk kecerdasan buatan, keamanan siber dan data science melalui Kurikulum Literasi Digital, serta kemitraan dengan 4 universitas dan Kementerian Komunikasi dan Informatika.
“Kami berkomitmen mendukung pentingnya talenta digital untuk meningkatkan daya saing Indonesia di kawasan ini dalam 25 tahun mendatang,” kata Haris.
Indonesia memiliki ekosistem yang memungkinkan terwujudnya disruptor di masing-masing industri dan perusahaan unicorn, memperkuat gagasan, talenta, dan pola pikir yang didorong oleh solusi yang tersedia di Indonesia.
“Kami mengembangkan lingkungan yang mendorong para pemimpi dan pengambil risiko serta mereka yang menolak untuk menyerah. Kami juga mendorong para developer untuk mencoba hal-hal baru, untuk saling mendukung dan memecahkan hambatan. Anda membangun masa depan anda sendiri dan kami terinspirasi oleh Anda. Kami tidak sabar untuk melihat Anda membawa Indonesia ke level berikutnya dan mewujudkan visi menjadi negara dengan ekonomi digital terkemuka di Asia Tenggara,” tutup Haris. (hm.ys)