Jakarta, Ditjen Aptika – Perusahaan yang cepat beradaptasi dan mengadopsi digitalisasi akan memenangi persaingan di era Revolusi Industri 4.0. Bukan ikan besar memakan ikan kecil, tapi ikan cepat akan memakan ikan lambat.
“Artinya saat ini bukan perusahaan besar yang akan mematikan perusahaan kecil. Namun perusahaan yang cepat beradaptasi dan mengadopsi digitalisasi akan bertahan dan bersaing di era revolusi industri 4.0. Kita harus segera cepat bergerak menyambut era digital,” ucap Tenaga Ahli Menteri Kominfo, Dedi Permadi, saat memberikan paparan di acara Narrowing Digital Skills Gap In Indonesia, di Gedung Kominfo Jakarta, Rabu (31/7/2019).
Dedi lalu menjelaskan kesulitan para startup terutama kurangnya SDM bertalenta digital, sehingga terpaksa mengambil dari luar negeri. Talenta digital di Indonesia masih sangat kurang dibanding negara tetangga. Tercatat hanya ada 380 tenaga digital per satu juta orang, sehingga tidak match dengan kebutuhan industri.
Dedi mengajak hadirin mencari trobosan, selain pendidikan formal, untuk menutupi gap tersebut. Usia emas ada pada rentang antara 6-9 tahun, sehingga orang tua harus mengubah pola ketergantungan anak terhadap gadget. Dari semula konsumtif pada hiburan semata menjadi hal-hal produktif.
“Memberikan gadget pada anak sebaiknya untuk melatih logic-nya jalan, bukan kebutuhan hiburan semata. Hal itu akan mengganggu psikologis anak tersebut,” ujarnya.
Jika hal-hal tersebut dibiasakan sejak dini, maka Indonesia akan memiliki banyak sumber daya manusia dengan kriteria-kriteria yang banyak dibutuhkan industri saat ini, seperti complex provlem solving, critical thinking, dan creative comunication skill.
“Mari kita pikirkan bersama-sama, hal ini bukan hanya tanggung jawab pemerintah saja, tapi tanggung jawab kita semua,” ajaknya.
Program Digital Talent Scholarship (DTS) akan berakhir di bulan September 2019. Dedi mempersilakan perusahaan yang hadir untuk dapat memanfaatkan para lulusannya. Kominfo sebagai pemerintah hanya membantu memenuhi kebutuhan ekosistem digital, sangat disayangkan jika tidak dimanfaatkan, karena biaya untuk skill upgrading cukup besar.
“Nanti kami akan sediakan platform seperti Linkedin untuk mencari talenta di sana. Jika masih ragu, bisa juga menampung melalui internship terlebih dahulu. Bisa juga bapak dan ibu mendorong para pegawainya yang masih butuh sertifikasi kecakapan tambahan, didorong untuk ikut DTS,” jelas Dedi.
Turut hadir Kepala Badan Litbang Kementerian Kominfo, Basuki Yusuf Iskandar, Vice President Engineering Bukalapak, perwakilan dari Idea, dan sejumlah pemilik perusahaan digital. (lry)