Yogyakarta, Ditjen Aptika – Juri Seleksi Nasional Produk TIK (Seleknas) “idenTIK” 2019 memberikan gambaran bahwa karya terpilih bukan hanya memiliki produk teknologi yang bagus. Namun juga videografi dibuat secara baik, dan manfaat dari produk tersebut sangat terasa di tengah permasalahan bermasyarakat.
“Jika sudah memiliki produk teknologi yang bagus dan kebermanfaatannya terasa untuk solusi di tengah masyarakat, harus juga dibuat video dengan infografis, suara dan materi yang baik juga,” papar Eko K Budiarjo selaku Komite Juri Seleknas “idenTIK” 2019 di sesi diskusi dalam rangkaian Sosialisasi Seleknas “idenTIK” 2019 di Kampus AMIKOM Yogyakarta, Kamis (25/04/2019).
Ada beberapa hal yang perlu diperhatikan dalam menentukan menghasilkan produk teknologi yang bagus dalam ajang Seleknas “idenTIK” 2019. “Salah satu contoh untuk kategori Public Sector itu harus ditujukan untuk membantu mengefisienkan penyelenggaraan pemerintah agar mempersingkat proses birokrasi,” tambah Eko Budiarjo.
Senada dengan Eko Budiarjo, dijelaskan oleh Djarot Subiantoro bahwa setiap kategori memiliki kunci tersendiri agar produk tersebut lahir dari ide-ide cemerlang dan tersampaikan dengan baik.
“Tahun 2018, Aruna mendapatkan emas di ajang AICTA dengan kategori Private Sector. Belajar dari Aruna, mereka memiliki inovasi tinggi dan nilai tambah yang luas bagi masyarakat. Ditambah lagi mereka membuat sebuah video dengan infografis yang sangat menarik, suara dalam bahasa asing yaitu bahasa inggris menjadi nilai tambah dalam video tersebut,” jelas Djarot.
Dilanjutkan Djarot, Aruna dianggap memiliki kemampuan membantu menyelesaikan permasalahan di tengah masyarakat nelayan. “Inovasi yang baik ini menjadi solusi untuk memutus mata rantai tengkulak, sehingga para konsumen bisa langsung mendapatkan hasil tangkapan nelayan dengan harga yang wajar dan nelayan mendapatkan keuntungan yang lebih banyak juga,” ungkapnya.
Kedua juri tersebut berharap bahwa Seleknas “idenTIK” benar-benar menjadi wadah kreatifitas dan ajang menggali potensi karya TIK anak bangsa yang mungkin awalnya tidak begitu terkenal.
“Dari produk atau karya TIK yang belum banyak dikenal masyarakat, dan jika setelah ajang dan dibawa ke kancah internasional pun belum mendapatkan penghargaan, setidaknya produk tersebut akan dikenal sehingga mendapatkan jaringan yang lebih luas ke negera luar dan mendapatkan investor,” tutup Eko Budiarjo dalam sesi diskusi. (hel)