Jakarta, Ditjen Aptika – Era post-truth atau pasca kebenaran ditandai lebih dominannya keyakinan personal atas sebuah informasi dibanding fakta sesungguhnya. Kondisi ini menyebabkan makin tersebarnya hoaks atau berita bohong, terutama isu-isu terkait sosial politik saat ini.
“Kita memasuki sebuah era, yaitu era post-truth, yaitu suatu kondisi dimana fakta tidak terlalu berpengaruh dalam opini atau pandangan masyarakat dibandingkan dengan emosi, keyakinan atau keberpihakan personal terhadap sebuah informasi. Kondisi inilah yang menyebabkan munculnya dan makin tersebarnya berita bohong,” ujar Sekretaris Ditjen Aplikasi Informatika, Sadjan, dalam paparannya pada Seminar Literasi Digital di Aula Kantor BPPD Lombok Tengah, Jumat (22/02/2019).
Lanjut Sadjan, berdasarkan data Mastel di tahun 2017, isu hoaks paling banyak mengenai sosial politik sebesar 91,8%. Disusul dengan tentang isu hoaks terkait SARA dan isu-isu kesehatan. Media sosial menjadi tempat paling sering tersebarnya berita bohong tersebut.
Seminar yang dihadiri anak-anak muda dari Lombok Tengah itu mengangkat tema “Bijak Bermedia Sosial dan Melawan Hoaks”, mengajak masyarakat NTB untuk melawan dan memerangi hoaks di media sosial terutama di tahun politik saat ini. Acara merupakan kerjasama Kementerian Kominfo, Komunitas Berugak Lombok, akademisi dan Pemerintah Daerah Lombok Tengah.
Turut hadir Sekretaris Dinas Kominfo Lombok Tengah Suwardhana, Paox Iben Mudhaffar (Republik Syruput) dan Supiandi (CEO & Founder Berugak Lombok).
Roadshow Seminar Literasi Digital berlangsung sejak tanggal 18 – 22 Februari 2019 di lima kota/kabupaten di Provinsi NTB, dimulai dari Lombok Utara, Lombok Timur, Mataram, Lombok Barat dan berakhir di Kabupaten Lombok Tengah. (hel)