Jakarta – Efek domino adalah suatu peristiwa yang dapat memicu peristiwa lainnya. Menjelang pemilihan presiden efek domino media sosial di tahun politik perlu dicermati secara bijak.
Isu yang sedang hangat di masyarakat seperti postingan Twitter oleh Wakil Sekjen Partai Demokrat Andi Arief. Zuhairi Misrawi juru bicara kubu Jokowi-Maaruf Amin berpendapat postingan tersebut adalah berita hoax dan menimbulkan kegaduhan, sedangkan Pipin Sopian juru bicara kubu Prabowo-Sandi berpendapat postingan permintaan konfirmasi tidak bisa dikatakan berita hoax.
“Dalam pendekatan komunikasi ada yang namanya komunikasi verbal dan non-verbal, dalam sebuah komunikasi yang tidak dilengkapi dengan komunikasi non verbal seperti nada bicara dan intonasi sudah bisa mereduksi 80-90% pemahaman komunikasi, jadi sesuai pendekatan literasi seorang politisi atau orang yang berpengaruh harus lebih berhati-hati dalam berkomunikasi karena akan menimbulkan efek domino,” jelas Donny B.U, Tenaga Ahli Kominfo Bidang Literasi Digital di Meanwhile Coffee Jakarta, Senin (14/01/2019).
Menurut Donny, hoax adalah masalah bersama sehingga semua pihak harus memberikan literasi kepada masyarakat. Masyarakat juga harus melakukan tabayyun, cek dahulu kebenarannya dan melakukan klarifikasi ketika mendapatkan suatu berita. Internet dibangun berdasarkan faham kebebasan dan kesetaraan, tugas dari pemerintah dalam hal ini Kementerian Kominfo adalah melakukan tata kelola dengan pendekatan hulu dan hilir.
Pendekatan hilir adalah setelah terjadinya pelanggaran yang ditangani oleh penegak hukum. Kominfo saat ini telah memiliki tim Cyber Drone 9 yang bertugas memantau situs-situs negatif di internet, dimana periode Agustus – Desember 2019 sudah terjaring 62 hoax terkait Pilpres dan Pileg.
Sedangkan pendekatan hulu adalah melalui upaya literasi digital ke semua kalangan. “Kemendikbud akan membuat Peraturan Menteri agar literasi digital dapat masuk ke dalam kurikulum pendidikan,” lanjut Donny.
Begitu derasnya arus hoax yang terjadi saat ini bukan hanya menimbulkan efek domino, tapi juga efek bola salju. Ketika kebebasan berekspresi dibuka pada tahun 1998 tapi tidak didahului dengan literasi, maka kebebasan tersebut menjadi tidak terkontrol yang menyebabkan banyak berita hoax beredar di masyarakat. (lry)